DebatBerita, Jakarta - Masyarakat di seluruh Indonesia kehilangan presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie, yang meninggal pada pukul 18.05 WIB pada hari Rabu (9/11/2019). BJ Habibie bernafas untuk terakhir kalinya pada usia 83 di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta.
BJ Habibie menyelesaikan S3-nya dengan peringkat rata-rata 10, di Rheinisc Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, universitas teknik terbaik di Jerman.
Di seputar lingkungan ahli aeronautic, aerospace, industri pesawat dan ilmuwan internasional, BJ Habibie yang sempat di juluki Mr Crack. Julukan itu merupakan penghargaan bagi para ahli atas temuan mereka yang dapat menghitung "perambatan retak secara acak" hingga ke atom-atomnya, yang merupakan penyebab keretakan pada tubuh, terutama sayap pesawat terbang.
Temuannya berasal dari jatuhnya pesawat Fokker 28 dan pesawat tempur Jerman, Starfighter F-104 G. Kasus ini menimbulkan kegemparan karena tidak ada yang tahu penyebabnya.
Kementerian Pertahanan Jerman pada waktu itu menantang para ahli untuk menemukan penyebabnya. BJ Habibie, yang bekerja di maskapai Hamburger Flugzeugbau (HFB) di Jerman, berhasil menemukan penyebabnya.
Tumbuhnya Teori Habibie
Dari sinilah muncul teori Habibie, faktor-faktor Habibie dan prediksi Habibie, yang sangat populer. Formulasi Habibie terkandung dalam beberapa volume "Kelompok Penasihat untuk Penelitian dan Pengembangan Aerospace (AGARD)", yang merupakan manual tentang prinsip-prinsip ilmu standar desain pesawat NATO. .
Temuan Habibie pada tahun 1965, ketika ia berusia 28, telah sangat bermanfaat bagi dunia penerbangan. Penemuan pertama di dunia yang digunakan sampai sekarang oleh industri penerbangan.
Ing B. Lascka, seorang ahli aerodinamika Jerman, menulis dalam tulisannya: "perbanyakan retak" Penemuan Habibie sangat penting dalam dunia penerbangan. Ini adalah kontribusi BJ Habibie yang paling penting bagi dunia dirgantara.
"Keretakan pada struktur pesawat sangat mengkhawatirkan insinyur struktural. Sangat sulit untuk memperhitungkan penyebaran retak. Habibie telah berhasil menemukannya," tulis Lascka, dikutip oleh Antara.
Meraih Penghargaan dari Dunia
Dari sinilah muncul teori Habibie, faktor-faktor Habibie dan prediksi Habibie, yang sangat populer. Formulasi Habibie terkandung dalam beberapa volume "Kelompok Penasihat untuk Penelitian dan Pengembangan Aerospace (AGARD)", yang merupakan manual tentang prinsip-prinsip ilmu standar desain pesawat NATO. .
Temuan Habibie pada tahun 1965, ketika ia berusia 28, telah sangat bermanfaat bagi dunia penerbangan. Penemuan pertama di dunia yang digunakan sampai sekarang oleh industri penerbangan.
Ing B. Lascka, seorang ahli aerodinamika Jerman, menulis dalam tulisannya: "perbanyakan retak" Penemuan Habibie sangat penting dalam dunia penerbangan. Ini adalah kontribusi BJ Habibie yang paling penting bagi dunia dirgantara.
"Keretakan pada struktur pesawat sangat mengkhawatirkan insinyur struktural. Sangat sulit untuk memperhitungkan penyebaran retak. Habibie telah berhasil menemukannya," tulis Lascka, dikutip oleh Antara.
0 Comments